Persahabatan: Penghargaan atau Kesetiaan?

Here I am, again after a long-holiday in BASIS (ahah yeah right). Seems really old and awkward for not updating my bloggie (can eh?) ever since I went to school early this year. Lots of things happen around and yarr too many stories to be posted. But frankly speaking, I will tell you one by one (by far I remembered) right after the havoc of being an SPM candidate. But for this entry, I would like to share on something we are common with. Friends. (Seriously don't expect me to write this on essay but seriously just read it.)

Well, honestly, when you are into friends and really expect someone to be with you all the time, you really mean it. And by flashing back (correct eh?) the moments of you spending time with your friends, it is just plain sweet.

(henshin to BM).

Banyak kali aku alami satu situasi, bila mana kita banyak terlepas saat keemasan dalam persahabatan. Saat emas yang aku maksudkan adalah satu saat atau ketika di mana sahabat kita sangat prihatin dan cuba untuk berlaku baik dengan kita. Dan terlepas saat itu bermakna kita terpandang ringan usaha-usaha mereka yang dah menurunkan ego untuk berlaku baik, mungkin pada masa itu kita tidak dalam keadaan yang terlalu mementingkan situasi persahabatan. Mungkin juga di kala kita alpa tentang manisnya persahabatan, kemanisan itu datang secara tiba-tiba, lalu kita hanya memandang secara sinis kemanisan tersebut, meninggalkan sisa-sisa pahit yang berkekalan dalam tali ukhwah kita. Ada juga persoalan yang ditimbulkan, kenapa bila aku terlampau fokus akan persahabatan, atau terlampau memandang berat soal itu, kita dilontarkan kembali dengan jawapan sinis? Kenapa bila sesaat aku alpa, peluang yang datang menyusup masuk bagaikan kilat, tatkala aku tersedar, kenapa ia hilang semula? Kenapa?

Guru aku pernah kata, semakin kita menginjak ke alam dewasa, semakin kecil bulatan persahabatan kita. Ertinya, golongan kawan, sahabat atau taulan menjadi semakin eksklusif. Yang paling setia sahaja  yang akan bersama kita, hatta kita tidak mengundangnya ke dalam kelompok sahabat kita. Mungkin orang yang selama ini kita harapkan sebagai sahabat, yang kita impikan, yang kita mahukan, yang kita taksubkan, tidak diizinkan untuk menyertai bulatan itu. Nasiblah.

Bagi yang membaca nukilan aku ini, mungkin agak tersentak dengan perkataan 'Nasiblah' kerana aku seolah-olah mewujudkan takdir sendiri dan seperti mengatakan bahawa itu adalah jalan muktamad. Mungkin ya dan mungkin tidak, persahabatan itu memerlukan kemahiran yang tersendiri. Aturan dan cara terletak di tangan anda. Anda yang memilih sahabat anda. Bukan?

(bersambung)

No comments:

Post a Comment

Who's there?